Kamis, 23 Juli 2009


FAKTOR LINGKUNGAN YANG DAPAT MENINGKATKAN RISIKO
PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK


Fredy Komalig, Herryanto, Miko Hananto
Abstrak. Penyakit lupus merupakan penyakit inflamasi kronik yang diperantarai oleh sistim imun, dimana seharusnya sistim ini melindungi tubuh dari berbagai penyakit justru sebaliknya menyerang tubuh itu sendiri. Laporan mengenai penyakit lupus di Indonesia belum banyak, data klinis pada penderita lupus dalam jumlah yang banyakpun belum tersedia. Selama kurun waktu yaitu sejak tahun 1988 sampai 1990 di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universita Indonesia RSCM diperoleh insiden ratarata sebesar 37,69 per 10.000 perawatan. Angka ini meupakan kelipatan dua setengah yang pernah dilaporkan dalam kurun waktu 1972-1976 yaitu 15,02 per 10.000 perawatan di tempat yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor lingkungan yang dapat meningkatkan resiko peyakit lupus yang berada di DKI Jakarta, dan empat kota disekitarnya sebagai lokasi penelitian.Survei dilaksanakan secara cross sectional dengan jumlah 202 responden pada tahun 2004 untuk mengetahui karakteristik penderita, riwayat penyakit yang dialami sebelum penyakit lupus serta pengetahun, sikap dan perilaku penderita lupus. Hasil penelitian di DKI Jakarta dan sekitarnya menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah wanita (94,6%) daripada laki-laki (5,4%). Suku yang terbanyak sakit adalah suku jawa (33,7%), Sunda (17,8%), Cina (16,8%), sedangkan suku Ambon, Bali, Jambi dan Banjar msing-masing ((0,5%). Menurut jenis pekerjaan : yang terbanyak sakit lupus adalah mereka yang tidak bekerja (32,2%), sedangkan paling sedikit pada buruh/ petani (0,5%). Tingkat pendidikan : yang tamat akademi/ perguruan tinggi lebih banyak sakit lupus (49,5%) daripada yang tidak pernah sekolah (1,5%). Penyakit ISPA adalah yang paling banyak (58,9%), stres (85,6%), yang bekerja di luar rumah yang langsung terpajan sinar matahari (22,3%), responden yang merokok (1,9%), keluarga yang merokok dalam ruangan (53,5%), yang menghirup asap rokok di tempat kerja (28,2%). Obat-obat yang banyak digunakan responden sebelum sakit lupus adalah golongan amoksisilin/ampisilin (63,1%), disusul golongan antipiretik/analgetik (36,6%), paling sedikit golongan hidralazin (0,9%). Sedangkan untuk mengetahui responden tentang pengetahuan, sikap dan perilaku sebelum sakit lupus adalah: responden yang mengetahui tentang perkataan/istilah penyakit lupus hanya 41,1%, lebih banyak yang tidak tahu (56,4%). Resiko yang dapat meningkatkan penyakit lupus secara umum banyak yang tidak tahu (79,2%). Sikap responden lebih banyak yang datang ke rumah sakit (62,8%) untuk mendapatkan pengobatan sebelum penyakit lupus daripada datang ke puskesmas (13,3%). Perilaku responden dalam kehidupan sehari-hari sebelum sakit lupusdalam pola makan teratur (63,4%), istirahat/tidur teratur (61,45%), seks aman (52,5%),sedikit responden yang berolahraga teratur (19,3%). Wanita dengan umur reproduksi, penyakit infeksi, pemakaian obat-obat dan stres dapat meningkatkan penyakit Lupus.
Kata kunci : Lupus, Lingkungan, Perilaku

LUPUS


Posted by Dokter Sehat in Penyakit Berbahaya on 09 24th, 2007 75 responses
Penyakit LUPUS adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker. Tidak sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia terdeteksi penyandang penyakit Lupus mencapai 5 juta orang, lebih dari 100 ribu kasus baru terjadi setiap tahunnya.
Arti kata lupus sendiri dalam bahasa Latin berarti “anjing hutan”. Istilah ini mulai dikenal sekitar satu abad lalu. Awalnya, penderita penyakit ini dikira mempunyai kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi . Bercak-bercak merah di bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan , rambutnya rontok, persendian kerap bengkak dan timbul sariawan. Penyakit ini tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ yang ada di dalam tubuh.
Gejala-gejala penyakit dikenal sebagai Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) alias Lupus. Eritomatosus artinya kemerahan. sedangkan sistemik bermakna menyebar luas keberbagai organ tubuh. Istilahnya disebut LES atau Lupus. Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah:
Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan.
Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus.
Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit LUPUS ini
Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan
Dr. Rahmat Gunadi dari Fak. Kedokteran Unpad/RSHS menjelaskan, penyakit lupus adalah penyakit sistem imunitas di mana jaringan dalam tubuh dianggap benda asing. Reaksi sistem imunitas bisa mengenai berbagai sistem organ tubuh seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru, lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak, maupun pembuluh darah dan sel-sel darah.
“Penyakit ini dapat mengenai semua lapisan masyarakat, 1-5 orang di antara 100.000 penduduk, bersifat genetik, dapat diturunkan. Wanita lebih sering 6-10 kali daripada pria, terutama pada usia 15-40 tahun. Bangsa Afrika dan Asia lebih rentan dibandingkan kulit putih. Dan tentu saja, keluarga Odapus. Timbulnya penyakit ini karena adanya faktor kepekaan dan faktor pencetus yaitu adanya infeksi, pemakaian obat-obatan, terkena paparan sinar matahari, pemakaian pil KB, dan stres,” ujarnya. Penyakit ini justru kebanyakaan diderita wanita usia produktif sampai usia 50 tahun sekalipun ada juga pria yang mengalaminya. Oleh karena itu dianggap diduga penyakit ini berhubungan dengan hormon estrogen.
Pada kehamilan dari perempuan yang menderita lupus, sering diduga berkaitan dengan kehamilan yang menyebabkan abortus, gangguan perkembangan janin atau pun bayi meninggal saat lahir. Tetapi hal yang berkebalikan juga mungkin atau bahkan memperburuk geja LUPUS. Sering dijumpai gejala Lupus muncul sewaktu hamil atau setelah melahirkan.
Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga tetap sehat. Namun, dalam penyakit ini kekebalan tubuh justru menyerang organ tubuh yang sehat. Penyakit Lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi yang berlebih. Dalam tubuh seseorang terdapat antibodi yang berfungsi menyerang sumber penyakit yang akan masuk dalam tubuh. Uniknya, penyakit Lupus ini antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul berlebihan. Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat. Kelainan ini disebut autoimunitas . Antibodi yang berlebihan ini, bisa masuk ke seluruh jaringan dengan dua cara yaitu :
Pertama, antibodi aneh ini bisa langsung menyerang jaringan sel tubuh, seperti pada sel-sel darah merah yang menyebabkan selnya akan hancur. Inilah yang mengakibatkan penderitanya kekurangan sel darah merah atau anemia.
Kedua, antibodi bisa bergabung dengan antigen (zat perangsang pembentukan antibodi), membentuk ikatan yang disebut kompleks imun.Gabungan antibodi dan antigen mengalir bersama darah, sampai tersangkut di pembuluh darah kapiler akan menimbulkan peradangan. Dalam keadaan normal, kompleks ini akan dibatasi oleh sel-sel radang (fagosit) Tetapi, dalam keadaan abnormal, kompleks ini tidak dapat dibatasi dengan baik. Malah sel-sel radang tadi bertambah banyak sambil mengeluarkan enzim, yang menimbulkan peradangan di sekitar kompleks. Hasilnya, proses peradangan akan berkepanjangan dan akan merusak organ tubuh dan mengganggu fungsinya. Selanjutnya, hal ini akan terlihat sebagai gejala penyakit. Kalau hal ini terjadi, maka dalam jangka panjang fungsi organ tubuh akan terganggu.
Kesembuhan total dari penyakit ini, tampaknya sulit. Dokter lebih berfokus pada pengobatan yang sifatnya sementara.Lebih difokuskan untuk mencegah meluasnya penyakit dan tidak menyerang organ vital tubuh.